Jumat, 25 Oktober 2013

1000 Burung Kertas Sadako Sasasi




  Tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 menandai sejarah kelam umat manusia. Sebuah pengalaman pahit, sekaligus pelajaran berharga. Setiap tanggal 6 Agustus bangsa Jepang memperingati peristiwa jatuhnya bom atom di kota Hirosima, yang 3 hari kemudian diikuti oleh bencana serupa di kota Nagasaki.
     “Hiroshima Peace Memorial Park” yang menjadi lokasi annual ceremony ini. “Hiroshima Heiwa Kinen KOen” (Heiwa = perdamaian, Kinen = peringatan, koen = taman) terletak di tengah kota Hiroshima, tepat di lokasi jatuhnya bom. Kini, jutaan orang yang berkunjung ke tempat itu dapat menyaksikan monumen-monumen yang dibangun untuk mengenang korban, sekaligus menjadi symbol perdamaian dunia.
       Monumen yang menjadi landmark di sini adalah Hiroshima Peace Memorial Park dan Memorial Cenotaph. Hiroshima Peace Memorial Park salah satu warisan dunia, UNESCO World Heritage Site adalah gedung yang paling dekat lokasinya dengan pusat ledakan dan sampai sekarang dibiarkan seperti aslinya, dengan kubah yang hanya tinggal kerangka. Sedangkan Cenotaph secara harafiah juga berarti monumen yang dibangun untuk mengenang orang jasadnya terkubur entah dimana. Selain kedua monumen itu, yang menarik perhatian pengunjung adalah jutaan burung bangau dari kertas warna warni yang dilipat ala origami. Rangkaian bangau kertas itu digantung dalam ruang-ruang kaca yang terdapat di lokasi Children’s Peace Monument. Ada cerita menarik, inspiratif dan menyentuh dibalik bangau-bangau kertas itu.
     Sadako Sasasi atau Sadako Chan adalah seorang gadis kecil di Hiroshima, ia tinggal bersama keluarganya di dekat Misasa Bridge, tidak jauh dari Ground Zero, lokasi jatuhnya bom atom.
       Sadako baru berusia 2 tahun saat bencana mengerikan itu menimpa kota kelahirannya. Mulanya ia tampak sehat dan baik-baik saja, segalanya berjalan normal seakan tidak terjadi apa-apa. Baru beberapa tahun kemudian, tepat pada bulan November 1954 saat ia berusia 9 tahun, mulai timbul gejala-gejala aneh ditubuhnya.
       Di usia 10 tahun Sadako divonis menderita leukemia, salah satu penyakit yang bias timbul akibat dampak radiasi bom atom. Ia kemudian terpaksa harus menghabiskan hari-harinya terbaring dirumah sakit.
    Suatu hari, Chizuko Hamamoto, sahabat Sadako Chan, datang menjenguk dan menghadiahinya sebuah kertas origami berwarna emas yang berbentuk burung bangau. Di Jepang burung bangau adalah hewan yang dianggap suci. Karena burung ini dapat mencapai usia 1000 tahun lho, sehingga dipandang sebagai lambang perdamaian dan umur yang panjang^^
   Tertarik mendengar kisah itu, Sadako Chan pun mulai berusaha membuat 1000 burung bangau dengan harapan agar dirinya sembuh dan berumur panjang. Tak ada rotan akar pun jadi, tak ada kertas emas pun kertas biasa jadi. Dengan tekatnya yang bulat ia terus membuat burung kertas itu, alhasil ia berhasil bahkan lebih dari 1000 burung bangau kertas.
    Namun rupanya sang kuasa berkehendak lain. Karena kondisi kesehatan yang terus memburuk dari hari ke hari, Sadako Chan oun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada saat ia berusia 12 tahun.
    Tiga tahun setelah ia meninggal, di Hiroshima Peace Memorial diresmikan sebuah patung yang menggambarkan Sadako Chan dan bangau kertasnya. Patung serupa juga dibangun di Seattle Peace Park, pada kakinya tertulis : “This is our cry. This is our prayer. Peace on Earth,”
    Bangau-bangau kertas itu kini tidak hanya sekedar simbol tradisi kuno bangsa Jepang, namun telah menjadi simbol perdamaian dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar