Tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 menandai sejarah kelam umat manusia. Sebuah pengalaman pahit, sekaligus pelajaran berharga. Setiap tanggal 6 Agustus bangsa Jepang memperingati peristiwa jatuhnya bom atom di kota Hirosima, yang 3 hari kemudian diikuti oleh bencana serupa di kota Nagasaki.
“Hiroshima Peace Memorial Park” yang
menjadi lokasi annual ceremony ini. “Hiroshima
Heiwa Kinen KOen” (Heiwa = perdamaian, Kinen = peringatan, koen = taman)
terletak di tengah kota Hiroshima, tepat di lokasi jatuhnya bom. Kini, jutaan
orang yang berkunjung ke tempat itu dapat menyaksikan monumen-monumen yang
dibangun untuk mengenang korban, sekaligus menjadi symbol perdamaian dunia.
Monumen
yang menjadi landmark di sini adalah Hiroshima Peace Memorial Park dan
Memorial Cenotaph. Hiroshima Peace
Memorial Park salah satu warisan dunia, UNESCO World Heritage Site adalah
gedung yang paling dekat lokasinya dengan pusat ledakan dan sampai sekarang
dibiarkan seperti aslinya, dengan kubah yang hanya tinggal kerangka. Sedangkan
Cenotaph secara harafiah juga berarti monumen yang dibangun untuk mengenang
orang jasadnya terkubur entah dimana. Selain kedua monumen itu, yang menarik
perhatian pengunjung adalah jutaan burung bangau dari kertas warna warni yang
dilipat ala origami. Rangkaian bangau kertas itu digantung dalam ruang-ruang
kaca yang terdapat di lokasi Children’s Peace Monument. Ada cerita menarik,
inspiratif dan menyentuh dibalik bangau-bangau kertas itu.
Sadako
Sasasi atau Sadako Chan adalah seorang gadis kecil di Hiroshima, ia tinggal bersama
keluarganya di dekat Misasa Bridge, tidak jauh dari Ground Zero, lokasi
jatuhnya bom atom.
Sadako
baru berusia 2 tahun saat bencana mengerikan itu menimpa kota kelahirannya.
Mulanya ia tampak sehat dan baik-baik saja, segalanya berjalan normal seakan
tidak terjadi apa-apa. Baru beberapa tahun kemudian, tepat pada bulan November
1954 saat ia berusia 9 tahun, mulai timbul gejala-gejala aneh ditubuhnya.
Di
usia 10 tahun Sadako divonis menderita leukemia, salah satu penyakit yang bias
timbul akibat dampak radiasi bom atom. Ia kemudian terpaksa harus menghabiskan
hari-harinya terbaring dirumah sakit.
Suatu
hari, Chizuko Hamamoto, sahabat Sadako Chan, datang menjenguk dan
menghadiahinya sebuah kertas origami berwarna emas yang berbentuk burung
bangau. Di Jepang burung bangau adalah hewan yang dianggap suci. Karena burung
ini dapat mencapai usia 1000 tahun lho, sehingga dipandang sebagai lambang
perdamaian dan umur yang panjang^^
Tertarik
mendengar kisah itu, Sadako Chan pun mulai berusaha membuat 1000 burung bangau
dengan harapan agar dirinya sembuh dan berumur panjang. Tak ada rotan akar pun jadi, tak ada kertas emas pun kertas biasa
jadi. Dengan tekatnya yang bulat ia terus membuat burung kertas itu, alhasil ia
berhasil bahkan lebih dari 1000 burung bangau kertas.
Namun
rupanya sang kuasa berkehendak lain. Karena kondisi kesehatan yang terus
memburuk dari hari ke hari, Sadako Chan oun akhirnya menghembuskan nafas
terakhirnya pada saat ia berusia 12 tahun.
Tiga
tahun setelah ia meninggal, di Hiroshima Peace
Memorial diresmikan sebuah patung yang menggambarkan Sadako Chan dan bangau
kertasnya. Patung serupa juga dibangun di Seattle
Peace Park, pada kakinya tertulis : “This is our cry. This is our prayer.
Peace on Earth,”
Bangau-bangau
kertas itu kini tidak hanya sekedar simbol tradisi kuno bangsa Jepang, namun
telah menjadi simbol perdamaian dunia.